Selasa, 18 November 2014

Buddhisme di Zaman Modern (Ajaran Buddha Selaras dengan Ilmu Pengetahuan)

A. Pendahuluan

Apakah ajaran Buddha sesuai dalam dunia modern ini? Kesesuaian ajaran Buddha dalam kehidupan modern dibandingkan dengan kesesuaiannya pada kehidupan secara umum cukup menarik. Apakah ada hal yang istimewa tentang kehidupan modern ini? Tentu saja sekarang ada telepon seluler dan teknologi lainnya. Ajaran Buddha memiliki sesuatu untuk ditawarkan dan sesuai di semua zaman, bukan hanya zaman kita ini saja.

Ajaran Buddha telah membimbing umat manusia lebih dari dua puluh lima abad yang lalu. Ajaran Buddha membebaskan manusia dari segala perbudakan dan praktik takhayul. Oleh sebab itu, agama Buddha dianggap sebagai agama yang ilmiah. Agama yang mampu mengikuti perkembangan zaman dan arus modernitas. Sang Buddha telah menunjukkan cara terbaik untuk memanfaatkan kekuatan pikiran dan akal budi untuk menemukan kebahagiaan abadi. Beliau telah membuktikan kepada dunia melalui pengalaman-Nya sendiri dan bukan melalui teori-teori, kepercayaan belaka, maupun praktik-praktik tradisional. Ajaran-Nya adalah suatu kebenaran universal sehingga siapa saja dapat menjalankannya tanpa menyandang merek agama tertentu.

Dari sudut pandang ajaran Buddha, kebenaran tidak memiliki batasan. Kebenaran bukanlah milik suatu agama atau individu tertentu. Sang Buddha membabarkan kebenaran bukan karena ia yang menciptakan. Beliau semata-mata hanya menemukan dan melihat dengan jelas kebenaran tersebut. Kebenaran ajaran Buddha selaras dengan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi. Keduanya memiliki tujuan untuk melihat kebenaran dan fakta sebagaimana mestinya. Banyak aspek dalam ajaran Buddha yang masih eksis di zaman modern. Bahkan tidak hanya di zaman modern seperti ini saja, ajaran Buddha sesuai dengan kehidupan manusia dari zaman ke zaman. Prinsip-prinsip ajaran Buddha juga tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Hanya saja, pada zaman dahulu sang Buddha mengatakan dengan bahasa dan istilah yang berbeda. Sang Buddha menjelaskan sesuatu dengan perumpamaan-perumpamaan sebagai perbandingan.

B. Pembahasan

1. Sikap Buddhisme terhadap Pengetahuan

Pentingnya ilmu pengetahuan ditekankan pada agama Buddha. Terdapat beberapa sutta yang mendukung tentang ilmu pengetahuan. Memiliki pengetahuan luas dan keterampuilan adalah berkah utama (MaƄgala Sutta).

Dalam Natha Sutta, Dasakanipata, Anguttara Nikaya; Buddha menyatakan bahwa dengan memiliki pengetahuan luas, seseorang berarti telah membuat pelindung bagi dirinya sehingga dapat terhindar dari kehidupan yang penuh penderitaan.

Apabila seseorang memiliki pengetahuan yang luas maka kebijaksanaan pun tercapai. Dan ketika seseorang mengembangkan kebijaksanaanya berarti ia telah menjadi pelindung bagi dirinya sendiri. Dengan begitu ia akan menghindari perbuatan buruk yang dapat merugikan diri sendiri. Sehingga dalam dirinya akan memiliki tekad untuk selalu mengembangkan pengetahuan. Sekecil apapun pengetahuan akan bermanfaat kelak kemudian hari.

(Khuddaka-Nikaya 817) semua ilmu pengetahuan, baik yang kelas tinggi, sedang, ataupun rendah, patut dipelajari, diketahui dan dipahami maknanya, walaupun tidak seluruhnya perlu diterapkan seketika, karena suatu hari kelak bila tiba saatnya, pengetahuan itu mungkin membawa manfaat. Namun pengetahuan dan moralitas patut dijaga keseimbangannya (AN.II.8).

Terlihat jelas bahwa dari zaman Buddha masih hidup, ilmu pengetahuan dari berbagai tingkatan patut dipelajari. Baik yang kelas rendah sampai tinggi hendaknya diketahui maknanya. Semua pengetahuan memiliki manfaat, walaupun tidak dapat diterapkan secara sekaligus. Ajaran Buddha sangat terbuka dengan ilmu pengetahuan. Sang Buddha selalu mengajarkan ehipassiko, atau dalam sains disebut dengan observasi.

Dalam Kalama-sutta, Buddha memberi nasihat kepada warga suku Kalama:

Janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu, atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi, atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis dalam kitab-kitab suci, juga apa yang dikatakan sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka, juga apa yang katanya telah direnungkan dengan saksama, juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu atau karena ingin menghormati seorang petapa yang menjadi gurumu… tetapi terimalah kalau engkau sudah membuktikannya sendiri…

Sikap pemikiran demikian disebut “Ehipassiko” yang berarti “datang dan lihatlah”.

Sang Buddha selalu menekankan konsep ehipassiko kepada murid-muridnya. Datang, lihat dan buktikan. Jangan percaya begitu saja dengan apa yang di dengar ataupun yang ditulis pada kitab suci. Isi dari kitab suci tersebut belum tentu suatu kebenaran. Jangan lakukan tradisi turun temurun walaupun cocok dengan pandangan kita tanpa tahu makna sebenarnya. Sebagai seorang yang bijaksana sebaiknya teliti lagi dengan cara ehipassiko. Dengan demikian, akan terhindar dari pandangan salah.

Buddha juga mengajarkan hal yang sama kepada Upali, seorang penganut kepercayaan lain yang ingin berpindah menjadi pengikut Buddha. (Upali-sutta, sutta ke-56 dari MN), Buddha mengatakan, “telitilah dahulu secara sempurna, wahai Upali, karena adalah baik bagi orang terkemuka seperti Anda, untuk meneliti telebih dahulu secara sempurna.”

Buddha tidak langsung menerima Upali begitu saja, melainkan menganjurkannya untuk melakukan penelitian (observasi) terlebih dahulu secara saksama. Dengan kata lain, Buddha menganjurkan kita untuk bersikap kritis terhadap sesuatu yang baru dan belum teruji. Sikap kritis tersebut membuat kita lebih berhati-hati untuk mengambil kesimpulan dan mendorong kita menganalisis lebih mendalam terhadap hal-hal yang baru. Sejarah sains mencatat bahwa banyak penemuan besar dihasilkan dari sikap kritis semacam itu. Apa yang sudah menjadi pendapat umum sekalipun belum tentu mewakili kebanaran mutlak atau dengan kata lain bukan sesuatu yang harus dipercayai begitu saja.

2. Akibat dari Sikap terhadap Ilmu Pengetahuan

Semangat Ehipassiko seperti yang tercermin dalam Kalama-sutta menyebabkan Buddhis lebih terbuka terhadap perkembangan baru di dunia sains. Seandainya suatu penemuan baru sains terbukti bertentangan dengan doktrin Buddhis tertentu, maka Buddhis lebih siap mengadopsi penemuan sains dan tidak menanggapinya dengan sikap antagonis. Ini tercermin dari perjalanan sejarah agama Buddha yang tidak pernah mengalami konflik dengan dunia sains.

Albert Einstein (1879 - 1955) “Agama masa depan adalah agama kosmik. Melampaui Tuhan sebagai pribadi serta menghindari dogma dan teologi. Mencakup baik alamiah maupun spiritual, agama tersebut seharusnya didasarkan pada rasa keagamaan yang timbul dari pengalaman akan segala sesuatu yang alamiah dan spiritual, berupa kesatuan yang penuh arti. Ajaran Buddha menjawab gambaran ini. Jika ada agama yang akan memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan modern, itu adalah ajaran Buddha.”

3. Buddhisme di Zaman Modern

Buddhisme adalah salah satu ajaran yang masih sesuai dengan sains. Sang Buddha telah mengajarkan ilmu pengetahuan kepada para siswanya sebelum para ilmuwan menemukannya. H.G. Wells (1866-1946) menyimpulkan “Buddhism has done more for the advance of world civilization and true culture than any other influences in the chronicles of mankind.” Yang berarti “Buddhis telah memberikan sesuatu yang lebih untuk kemajuan peradaban dan kebudayaan manusia, dibandingkan dengan ajaran-ajaran lainnya dalam sejarah kehidupan manusia.” Banyak ajaran-ajaran yang berkembang di dunia, namun hanya ajaran Buddha yang mampu membawa kemajuan.

Kini sains telah berpengaruh besar terhadap perkembangan teknologi di berbagai dunia. Berbagai kecanggihan teknologi informasi diciptakan dari pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Terciptanya bermacam media komunikasi memudahkan mengakses berita secara cepat. Keberadaan media komunikasi saat ini menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan dari manusia. Oleh sebab itu munculah berbagai sarana komunikasi yang diharapkan mampu mempercepat proses penyebaran informasi. Salah satunya ialah internet, media ini merupakan bentuk sarana komunikasi yang paling efektif saat ini didalam mensosialisasikan informasi kepada masyarakat banyak. Selain itu internet juga menjadi salah satu ujung tombak bagi percepatan penyebaran informasi kepada masyarakat. Dengan internet, hambatan geografis, iklim/cuaca dan lain-lain tidak menjadi penghalang berarti bagi tersebarnya informasi tersebut ke khalayak ramai. Kontrol sosial yang dilakukan melalui internet ini dapat dispesifikasikan lagi dalam beberapa hal, contohnya melalui blog, web, atau melalui jejaring sosial dalam internet.

Media sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi secara online yang dapat menjangkau berbagai belahan dunia. Salah satu jejaring social yang paling diminati masyarakat ialah Facebook. Sistemnya yang mudah di mengerti ini telah menjadi suatu kebutuhan yang sangat melekat dalam kehidupan manusia. Tidak hanya para remaja bahkan anak kecil dan para orang tua pun tidak luput dari sasaran. Buddhisme saat ini telah memanfaatkan internet untuk kemajuan Buddha-Dharma. Berbagai blog, web, maupun media sosial dibuat untuk ajang pembabaran Dharma. Melalui kemajuan teknologi yang modern ini, Dharma bisa diajarkan secara praktis kepada umat Buddha. Banyak naskah Dharma yang telah di unggah di situs-situs web buddhis. Saat ini pun para bhikkhu telah menggunakan facebook untuk sharing Dharma. Umat Buddha pun dapat dengan mudah mengakses internet untuk mendapatkan informasi tentang ajaran Buddha. Cara ini dinilai cukup efektif dan efisien bagi para perumah tangga yang tidak sempat mendengarkan khotbah Dharma dari Bhikkhu. Disela kesibukannya, mereka bisa membaca khotbah Buddha tanpa memerlukan waktu yang lama. Mereka juga dapat mengunduh video-video ceramah Bhikkhu dari You Tube.

4. Peran Buddhisme dalam Mengatasi Dampak Negative Internet

Dalam Era Globalisasi yang ditandai dengan makin maraknya arus informasi dan perkembangan IPTEK yang berdampak pada kehidupan yang penuh perubahan, tantangan bukan saja berdampak positif tetapi juga banyak dampak negatif seperti korupsi, kolusi monopoli, kerusuhan dan sebagainya, maka sangat penting dalam kehidupan ini untuk dapat mengendalikan diri, sehingga luput dari keinginan, nafsu dan godaan-godaan tersebut.

Peranan buddhisme dalam mengatasi dampak negative ini dapat dilakukan dengan mengikis akar kejahatan yaitu lobha, dosa, dan moha. Dengan menumbuhkan alobha, adosa dan amoha, kita bisa mengembangkan kebijaksanaan. Adanya hiri dan ottapa didalam diri dapat menghindarkan diri dari perbuatan jahat. Hiri ialah perasaan malu berbuat jahat. Apabila seseorang malu untuk melakukan kejahatan, maka segala dampak negative seperti KKN dan kerusuhan lainnya bisa dihindari. Sedangkan ottapa ialah perasaan takut akan akibat dari perbuatan jahat. Buddhisme mengenal adanya hukum karma, barang siapa yang menabur benih maka ia yang memetik hasilnya. Jika seseorrang menabur benih keburukan, maka ia akan memetik keburukan. Demikian sebaliknya, apabila menabur benih kebaikan, maka akan memetik hasil yang baik. Hukum karma ini membuat seseorang mengetahui hasil yang akan ia dapat. Oleh karena itu, seseorang akan takut berbuat jahat.

Selain itu, ada pula jalan mulia berunsur delapan yang dapat menjadi pedoman pengendalian diri. Seperti pandangan benar dan pikiran benar. Dengan memiliki pandangan benar dan pikiran benar, seseorang akan mampu mengendalikan diri dari hal negative yang ada di internet. Ia yang memiliki kebijaksanaan dalam pandangan benar dan pikiran benar akan menghindari situs-situs pornografi dan hal asocial lainnya.

B. Penutup

1. Kesimpulan

Ajaran Buddha tidak dibangun berdasarkan keyakinan pada suatu kekuatan adikodrati yang mencipta dan mengatur nasib manusia tetapi berdasarkan hukum kausalitas. Agama Buddha menghargai kebebasan berpikir dan verifikasi melalui pengalaman. Karena itu keyakinan dalam agama Buddha bersifat rasional, tumbuh berdasatkan kebijaksanaan yang bersih dari takhayul.

Ajaran Buddha telah membimbing umat manusia lebih dari dua puluh lima abad yang lalu. Ajaran Buddha membebaskan manusia dari segala perbudakan dan praktik takhayul. Oleh sebab itu, agama Buddha dianggap sebagai agama yang ilmiah. Agama yang mampu mengikuti perkembangan zaman dan arus modernitas.

Mengenai pentingnya keselarasan dan perpaduan antara agama dan ilmu pengetahuan, Albert Einstein mengatakan,” Agama tanpa ilmu pengetahuan adalah pincang. Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta.” Ilmu pengetahuan bersama agama seperti Buddhisme bisa membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih tenteram dan membahagiakan untuk ditinggali.